
The History of K.A Rudolf Bosscha Menanam Teh, Menuai Bintang: Bosscha dan Cinta Tanpa Batasnya kepada Nusantara
The History of K.A Rudolf Bosscha
Menanam Teh, Menuai Bintang: Bosscha dan Cinta Tanpa Batasnya kepada Nusantara
Di antara hamparan hijau kebun teh di Malabar, Pangalengan, tersimpan kisah tentang seorang pria yang namanya masih dikenang hingga kini – K.A.R Bosscha. Lahir pada 15 Mei 1865, Bosscha adalah seorang Belanda keturunan Jerman yang hidup di masa kolonial Hindia Belanda. Namun, berbeda dari banyak tokoh kolonial lainnya, Bosscha dikenal bukan karena kekuasaannya, melainkan karena kepeduliannya terhadap rakyat pribumi dan semangatnya dalam memajukan ilmu pengetahuan.
Pada Agustus 1896, Bosscha mendirikan Perkebunan Teh Malabar, yang kelak menjadi salah satu perkebunan teh terbesar di Pangalengan. Ia tak hanya menjalankan perkebunan sebagai bisnis, tapi juga menjadikannya sebagai ladang pengabdian. Selama lebih dari tiga dekade, ia membangun dua pabrik teh besar dan mempekerjakan banyak penduduk lokal.
Namun yang membuatnya istimewa adalah kepeduliannya pada pendidikan para buruh dan keluarganya. Pada tahun 1901, Bosscha mendirikan Vervoloog Malabar, sekolah dasar gratis bagi anak-anak pribumi. Di masa ketika akses pendidikan sangat terbatas bagi rakyat biasa, langkah ini adalah sebuah terobosan besar. Sekolah tersebut, yang masih berdiri hingga kini sebagai SD Negeri Malabar II, menjadi warisan nyata semangat inklusif seorang Bosscha.
Namanya terus dikenang. Tak hanya lewat observatorium atau sekolah, tapi juga melalui Medali Bosscha, yang didirikan sebagai penghargaan atas jasanya. Bosscha adalah bukti bahwa di tengah masa penjajahan, masih ada sosok yang berdiri untuk keadilan, pendidikan, dan kemajuan ilmu – seorang pria yang bukan hanya menatap bumi, tapi juga mengangkat pandangan kita ke bintang-bintang.
Source: https://www.instagram.com/p/DOfGCC8E3Ng/?utm_source=ig_web_copy_link&igsh=OXk2OGtxdG52czd2